Saling support dan saling subscribe Subscribe Now!

layangan Lebih asik Dibanding main Gagdet

Please wait 0 seconds...
Scroll Down and click on Go to Link for destination
Congrats! Link is Generated
Apakah Anda pernah menyaksikan anak-anak dan orang dewasa berebut layang-layang putus akibat kalah karena diputus _disambit_ istilah Bahasa Jawa nya oleh lawan?
Detik detik _sambitan_ ini biasanya disaksikan kawan-kawan sesama pemain layang-layang, ketika layang-layang terindikasi putus, lalu meluncur pelan jatuh ke bawah, maka dimulailah mereka yang menyaksikan jatuhnya layang-layang tersebut berlarian, menuju tempat di mana diperkirakan layang-layang tersebut mendarat.
Terkadang tidur siang saya dikejutkan oleh suara kaki berlarian di sebelah barat rumah saya, kebetulan rumah saya bersebelahan dengan sawah dan kebun yang ditumbuhi kumpulan bambu, _barongan_ istilah Bahasa Jawanya. Melihat seringnya peristiwa ini terjadi, iseng saya nulis status facebook begini ”Kenapa ya anak-anak & orang dewasa menyukai berebut layang-layang yang jatuh akibat ‘sambitan’, padahal beli di toko pasti bisa mereka peroleh dengan harga sangat terjangkau.Ya,daripada ‘brasak-i barongan’ , melompati pagar kebun dan sampai ‘kejegur wangan’ Itu status facebook saya tiga tahun lalu, sudah cukup lama. Komentar dari kawan-kawan macam-macam seperti ini
” Tidak semuanya bisa dibeli dengan uang” Ada pula yang berkomentar
” Itu adalah seni, seni berebut layang-layang
Kini, status facebook tersebut saya posting di group WA yang saya ikuti. Dari group PKBM BESTARI ada komentar dari tutor kesetaraan mata pelajaran Bahasa Indonesia, namanya Nurul Jannah sebagai berikut.
“Mendapatkan layang-layang hasil sambetan itu butuh usaha besar,meskipun hasil layangan sama,bahkan sudah rusak, tapi kebanggaan muncul dari usaha mereka. Kalau beli tidak ada artinya. Itu seperti sama halnya olimpiade yang hanya dapat medali, padahal medali bisa dibeli di toko”.
Dari group ‘Penulis Utama MepNews’, Ibu Khusnatul Mawaddah, penggerak literasi dari TBM Attaqwa Bojonegoro berkomentar begini
“kalau masa kecil saya dulu Bu Tatik..memang sesuatu banget berebut layangan pedhot..memang waktu itu gak bisa beli sendiri karena gak ada dana, sampai _penekan_ pohon sampai pucuk..kalau sudah dapat, wah senangnya luar biasa.”
Sedangkan dari group-group WA lainnya hampir senada komentar-komentarnya
“Wah, aku banget , Mbak…” Ini komentar dari group alumni SMP , komentar lainnya
“Wah, kulo banget itu, Bulik” ketika saya share di group keluarga komentar dari keponakan saya. Ada pula yang singkat komentarnya,
“Kalau beli tidak punya kenangan” Komentar dari anggota group Alumni Universitas Darul Ulum Jombang.
Ternyata, meskipun nilai materinya kecil untuk mendapatkan layang-layang hasil rebutan, semua merasakan terkesan dengan permainan masa-masa itu. Saya yakin begitu pula dengan permainan permainan tradisional lainnya, semisal petak umpet, _gobak sodor_ , _cublek-cublek suweng_ dan lain sebagainya pasti ada kenangan yang mengesankan saat memainkannya dan memiliki nilai-nilai kehidupan di dalamnya: tentang kompetisi sehat dan terbuka, menghargai orang lain, menghargai harta benda walaupun hanya berupa layang-layang putus dan mungkin juga sudah sobek dan lain-lain.
Kita bedakan dengan hiburan yang sekarang lekat dengan kehidupan kita, gadget. Gadget dan atau smartphone sudah dianggap sebagai alat hiburan termodern. Bisa ngomong dengan teman nun jauh di sana melalaui aplikasi sosial media, bisa browsing ini itu, hal hal yang kita butuhkan di google search engine .
Ketika kita nulis atau posting foto di sosial media, memang kita dapat apresiasi jempol dan komentar, demikian juga kita akan memberi jempol dan komentar apresiasi postingan kawan sosial media kita, namun hari hari berikutnya kita sudah lupa dengan apa yang kita kerjakan di sosial media, karena begitu banyaknya yang kita kerjakan di sosial media, dan hanya itu itu saja, walaupun memang ada yang menjadikan sosial media sebagai media belajar dan bisnis, saya tidak membahas yang terakhir ini, tapi yang fokus mengunakan sosial media sebagai hiburan saja.
Begitu juga ketika kita browsing informasi dan atau bermain game online dan offline, karena begitu banyaknya pemain yang dimainkan, semua menjadi biasa saja dan cenderung menjauhkan dari kawan kawan kita aktifitas bermain game ini dan mengoperasikan gadget/ smart phone pada umumnya.
Yakinlah berebut layang-layang lebih mengesankan daripada mengoperasikan gadget.
Yuk, mari kembali bermain bersama kawan kita di dunia nyata demi kebaikan hubungan sosial kita dengan mereka.
Baca juga :

Post a Comment

Oops!
It seems there is something wrong with your internet connection. Please connect to the internet and start browsing again.
AdBlock Detected!
We have detected that you are using adblocking plugin in your browser.
The revenue we earn by the advertisements is used to manage this website, we request you to whitelist our website in your adblocking plugin.
Site is Blocked
Sorry! This site is not available in your country.