Sebaik-baik teman sepanjang masa adalah buku. Ini adalah sekalimat yang pernah saya baca di bagian depan tapi bukan cover, alias bagian sampul dalam buku yang ditulis oleh M Quraish Shihab, buku yang berjudul “Tangan Dia Ada di Mana-mana” itu merupakan buku karya ulama pakar hadis ternama Indonesia yang pertama kali saya beli dan miliki. Betapa masih miskinya buku-buku bacaan yang saya punya dan koleksi. Sekadar untuk sebuah buku-buku yang ditulis oleh pakar jebolan Al Azhar Mesir tersebut, ternyata saya baru bisa punya satu buku.
Akan tetapi, di sini saya tidak hendak mengulas bagaimana isi dan pembahasan buku setebal hampir 500 halaman tersebut. Bukan, tetapi saya lebih tertarik sementara ini membahas bagaimana kalimat singkat yang saya tulis di muka tadi. Bahwa teman yang baik sepanjang masa atau waktu itu, yakni menurut tulisan dalam kalimat tersebut, yakni BUKU.
Tidak ada teman yang lain dan bukan pula barang-barang lainnya. Ya, hanya BUKU merupakan teman yang baik, untuk tidak dikatakan sebagai teman yang terbaik. Di sini kembali saya ingin memberi penekanan kepada urgensi buku bagi pekembangan seseorang sekaligus sebagai tolok ukur wawasan serta kedalaman analisis seseorang ketika mengamati suatu objek-objek tertentu.
Saya kira sangat menarik, teman yang baik ternyata bukan pada diri seseorang. Akan tetapi ternyata dari sebuah buku dan banyak tumpukan buku-buku yang dibaca, itulah merupakan seseosok teman yang baik tersebut.
Mengapa hal ini saya katakan menarik, biasanya yang dikatakan atau disebut sebagai seorang teman, lebih-lebih teman sejati adalah mereka yang berbentuk individu personal, seseorang yang berwujud manusia bukan benda mati seperti halnya sebuah buku. Tetapi, menurut penyataan dalam kalimat di atas tadi, justru sebaik-baik teman sepanjang masa, ingat yang perlu dijadikan titik tekan dan sebagai sudut pandang utamanya adalah pada sepanjang masa ini, tiada lain itu adalah buku, sekali lagi buku.
Menariknya lagi adalah, kalau pengertiannya adalah sepanjang masa, berarti ada jaminan bahwa ketika seseorang sedang mengalami suasana apa pun, entah kondisi suka, duka, gelisah, sedih–galau, dan seterusnya yang itu merupakan bagian dari wujud kondisi hati manusia yang sering tidak ajeg, di mana hati senantiasa berubah berganti bergantung situasi yang melingkupinya, maka dengan buku itulah yang menjadikan apa pun kondisi yang dialami oleh hati tadi menjadi lebih terjamin kondisinya, hati akan merasa tenteram ketika kita mampu memosisikan buku sebagai teman yang baik bagi keberlangsungan suasana hati kita, sebelum kita mengatakan untuk bergembira atau terhibur setelah membaca sebuah buku.
Ingin bukti bagaimana buku mampu menjadi sosok teman yang baik. Cobalah Anda membaca salah satu buku yang bergenre fiksi, katakanlah satu novel saja, yang menurut Anda memang menarik. Menarik di sini tentu sangatlah relatif, mungkin Anda melihat dan sekadar membaca judul sudah yakin bahwa ini buku pasti menarik, atau dari desain cover yang dirancang oleh penerbit ternyata itu membuat Anda sudah mengatakan menarik.
Terserah apa tolok ukur yang akan Anda pakai, yang pasti buku-buku yang sudah Anda putuskan untuk akan dibaca itulah nanti yang harus Anda usahakan agar benar-benar dapat selesai tuntas dibacai sampai akhir, yakni sampai Anda merasakan–menemukan sesuatu di dalam buku tersebut. Setelah itu coba Anda rasakan sensasi dari akibat proses pembacaan dari buku yang dimaksud.***